Senin, 27 Juni 2016

Psikologi Behavioristik

Psikologi Behavioristik

Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913 yang berpendapat bahwa perilaku harus merupakan unsur subyek tunggal psikologi. Behaviorisme merupakan aliran revolusioner, kuat dan berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam. Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (yang menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan juga psikoanalisis (yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak).
Behaviorisme ingin menganalisis bahwa perilaku yang tampak saja yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Behaviorisme memandang pula bahwa ketika dilahirkan, pada dasarnya manusia tidak membawa bakat apa-apa. Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang buruk akan menghasilkan manusia buruk, lingkungan yang baik akan menghasilkan manusia baik. Kaum behavioris memusatkan dirinya pada pendekatan ilmiah yang sungguh-sungguh objektif. Kaum behavioris mencoret dari kamus ilmiah mereka, semua peristilahan yang bersifat subjektif, seperti sensasi, persepsi, hasrat, tujuan, bahkan termasuk berpikir dan emosi, sejauh kedua pengertian tersebut dirumuskan secara subjektif.

Teori behaviorisme memandang individu hanya dari jasmani dan mengesampingkan mental. Para penganut teori ini tidak mengakui adanya bakat, kecerdasan, minat, dan perasaan individu dalam proses belajar. Menurut mereka, belajar hanya untuk melatih refleks-refleks sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Seseorang sudah dianggap belajar apabila ada perubahan kebiasaan atau perilaku dirinya.

Ada tiga konsep penting dalam psikologi behaviorisme ini, antara lain :
  1. Stimulus/ rangsangan;
  2. Respon;
  3. Penguatan (reinforcement)

Dalam mekanisme belajar berdasarkan behaviorisme, input yang diberikan berupa stimulus/rangsang yang diberikan oleh pendidik/guru, akan menghasilkan output berupa respon hasil dari tanggapan pembelajar terhadap stimulus yang diberikan. Proses yang terjadi selama pembelajaran tidak terlalu penting karena tidak bisa diamati dan diukur.
PRINSIP DASAR BEHAVIORISME
  • Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa atau mental yang abstrak
  • Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem untuk sciene, harus dihindari.
  • Penganjur utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah satu-satunya subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
  • Dalam perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh para behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan akhirnya pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson, dengan mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada overt behavior tetap terjadi.
  • Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi.
Banyak ahli (a.l. Lundin, 1991 dan Leahey, 1991) membagi behaviorisme ke dalam dua periode, yaitu behaviorisme awal dan yang lebih belakangan.



Perspektif Behaviorisme Menurut Beberapa Tokoh Psikologi

Thorndike (1874-1949)
Belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon (Teori Konektivisme). Teori ini sering pula disebut “trial and error learning”. Stimulusnya adalah semua yang merangsang terjadinya kegiatan belajar yang dapat ditangkap oleh indera, dan responnya adalah reaksi yang muncul saat belajar berlangsung.

Beliau melahirkan hukum-hukum belajar, yaitu :

  1. Law of Effect  (hukum akibat)
Jika respon yang dihasilkan menghasilkan efek memuaskan, maka hasil interaksi stimulus-respon makin kuat, berlaku juga untuk sebaliknya.

  1. Law of Readiness (hukum kesiapan)
Asumsi kesiapan menurut hukum ini yaitu kepuasan organisme berasal dari pendayagunaan satuan pengantar. Unit-unit ini menimbulkan kecenderungan bahwa organisme akan terdorong untuk “do or don’t do it”.

  1. Law of Exercise (hukum latihan)
Hubungan stimulus-respon akan makin kuat jika sering berlatih; begitu pula sebaliknya.

Ivan Pavlov

Psikolog asal Rusia ini mengemukakan hukum belajarnya sendiri, yaitu :
  1. Law of Respondent Conditioning
Jika dua stimulus dihadirkan secara stimultan (salah satunya berfungsi sebagai reinforcer ), refleks dan stimulus lain akan meningkat.
  1. Law of Extinction
Jika refleks yang sudah diperkuat oleh hukum Respondent Conditioning tanpa ada reinforcer, kekuatannya akan menurun.

B.F. Skinner

Beliau berpendapat bahwa konsep tentang belajar adalah hubungan stimulus-respon (S-R) lewat interaksi dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan tingkah laku, tidak sesederhana pendapat tokoh-tokoh di atas.

Pertama, respon yang diterima tidak sesederhana itu; stimulus-stimulus saling berinteraksi , selanjutnya akan timbul pengaruh terhadap respon yang diberikan, Akhirnya, muncullah konsekuensi.

Kedua, individu adalah organisme yang memperoleh perbendaharaan tingkah lakunya melalui belajar. Ia bukan agen penyebab tingkah laku, melainkan tempat kedudukan/suatu poin yang factor-faktor lingkungan dan hereditas yang khassecara bersama-sama menghasilkan akibat (tingkah laku) yang khas pula pada individu tersebut.

Beliau menguraikan pula mengenai sejumlah teknik yang digunakan untuk mengontrol perilaku, antara lain sebagai berikut :
  1. Pengekangan fisik (physical restrain)
Menurut Skinner, kita dapat mengontrol perilaku melalui pengekangan fisik. Contohnya, beberapa orang menutup mulut untuk menghindari diri dari menertawakan kesalahan orang lain.
  1. Bantuan fisik (physical aids)
Kadang-kadang orang menggunakan obat-obatan untuk mengontrol perilaku yang tidak diinginkan. Contohnya, seorang supir truk mengonsumsi obat perangsang agar tidak mengantuk saat menempuh perjalanan jauh.
Bantuan fisik juga digunakan untuk memudahkan perilaku tertentu,yang bisa dilihat pada orang yang memiliki masalah penglihatan dengan cara memakai kacamata.
  1. Mengubah kondisi stimulus (changing the stimulus conditions)
Suatu teknik lain adalah mengubah stimulus yang bertanggung jawab. Misalnya, orang yang menderita obesitas menyingkirkan sekotak coklat di hadapannya sehingga dapat mengekang diri.
  1. Memanipulasi kondisi emosional
Skinner menyatakan bahwa kita terkadang mengadakan perubahan emosional dalam diri kita untuk mengontrol diri. Misalnya, melakukan meditasi untuk mengatasi stress.
  1. Melakukan respon-respon lain
Menurut Skinner, kita juga sering menahan diri untuk melakukan perilaku yang membawa hukuman bagi orang lain.
  1. Menguatkan diri secara positif
Salah satu teknik yang kita gunakan untuk mengontrol perilaku menurut Skinner adalah menghadiahi diri sendiriatas perilaku yang patut dihargai.
  1. Menghukum diri sendiri
Artinya, seseorang mungkin menghukum diri sendiri karena gagal mencapai tujuan diri.




Daftar Pustaka

www.edus.web.id/2010/12/teori_behavioristik_paud.html
http://rumahbelajarpsikologi.com
http://psikologi.or.id/psikologi-umum-pengantar/aliran-behaviorisme.htm

Selasa, 19 April 2016

Psikoanalisis

PSIKOLOGI ANALISIS

Prespektif dasar dari psikoanalisis adalah bahwa tingkah laku orang dewasa merupakan refleksi (penjelmaan) pengalaman masa kecilnya. Teori ini menekankan bahwa orang bergerak melalui suatu tahapan (stage) yang pasti selam tahun-tahun awal perkembangannya yang berhubungan dengan sumber-sumber kesenangan seksual (seksual pleasure). Tahapan ini ditandai dengan tahap oral, anal, phalik dan genital. Teori psikoanalisis juga memperkenalkan konsep ketidaksadaran sebagai bagian kepribadian, dimana terletak keinginan-keinginan, impuls-impuls dan konflik-konflik yang dapat mempunyai pengaruh langsung pada tingkah laku. Pada dasarnya tingkah laku individu dipengaruhi atau dimotivasi oleh determinan kesadaran maupun ketidak sadaran.
Teori psikoanalisis ini telah mengarahkan kerja para ahli psikologi sosial pada sejumlah topik tentang tingkah laku sosial yang diselidiki dalam arti proses-proses ketidaksadaran. Sebagai contoh, tingkah laku agresi dipandang sebagai suatu manifestasi pembawaan sejak lahir yaitu yang disebut sebagai instink mati dalam ketidaksadaran. Contoh lainnya, prasangka dalam kelompok minoritas dipandang sebagai konflik individu pada masa kecil dengan orang tuanya yang kaku (otoriter) yang kemudian dicerminkan dalam ketidaksukaannya pada orang-orang dewasa yang tidak mirip dengan dirinya.
Dalam kenyataannya para ahli psikologi sosial mengakui pengaruh yang relatif sedikit dari teori psikoanalisis. Disamping itu, teori psikoanalisis hanya dapat menggambarkan fakta tetapi tidak dapat dipakai sebagai predictor tingkah laku.
Psikoanalisis yang pertama kali dikemukakan oleh Sigmund Freud memang merupakan teori yang kontroversial. Selain itu, orientasinya juga sangat individual. Oleh sebab itu, tidak semua teorinya relevan dengan yang dibicarakan tentang teori-teori psikologi sosial.
Tapi tidak dapat disangkal bahwa ada bagian-bagian dari teori Freud yang erat kaitannya dengan psikologi sosial, bisa menerangkan beberapa gejala psikologi sosial, bahkan disana sini ada beberapa pandangan Freud yang didasari pada hal-hal yang bersifat sosial budaya.
Teori Freud memang sulit dipahami. Alasan yang pertama adalah konsepnya berubah-ubah (berkembang) terus. Alasan kedua adalah psikoanalisis bukan hanya berfungsi sebagai teori, tapi sekaligus juga teknik terapi dan teknik analisis kepribadian manusia. Alasan ketiga khususnya dalam psikologi sosial, Freud sendiri tidak banyak menulis tentang psikologi kelompok. Untuk memahami teori Freud tentang psikologi kelompok.
Konsep-konsep Freud dalam psikoanalisis. Aparat-aparat psikis menurut Freud dapat digolongkan ke dalam tiga golongan, yaitu libido, struktur kejiwaan, dan struktur kepribadian.
a. Libido
Libido adalah energi vital. Energi vital ini sepenuhnya bersifat kejiwaan dan tidak boleh dicampurkan dengan energi fisik yang bersumber pada kebutuhan-kebutuhan biologis, seperti lapar dan haus. Freud mengatakan bahwa energi vital ini bersumber pada seks. Namun, seks disini ia artikan sangat berbeda dari artinya yang biasa dikenal sehari-hari.
Freud mengemukakan bahwa manusia terlahir dengan sejumlah insting (naluri). Insting-insting itu dapat digolongkan dalam dua jenis, yaitu insting hidup (life instinct) dan insting mati (death instinct). Insting hidup adalah naluri untuk mempertahankan hidup atau keturunan, sedangkan insting mati adalah naluri yang menyatakan bahwa pada suatu saat seseorang itu akan mati. Freud tidak memberikan nama-nama khusus pada energi-energi yang bersumber pada insting mati ini, hanya dikatakannya bahwa insting ini menyebabkan prilaku-prilaku agresif. Namun, tentang insting hidup jelas dinyatakannya sebagai insting seksual dan energi-energi yang berasal dari insting seksual inilah yang disebutnya libido.
Insting-insting seksual mula-mula memang berkaitan dengan bagian-bagian tubuh tertentu, yaitu bagian-bagian tubuh yang dapat menimbulkan kepuasan seksual. Bagian-bagian tubuh itu disebutnya daereah-daerah erogen (erogenous zones), yaitu mulut, anus (pelepasan) dan alat kelamin. Namun, dengan berkembangnya sistem kejiwaan manusia, rasa puas atau ketegangan-ketegangan (tension) yang berasal dari daerah-daerah erogen ini lama-kelamaan terlepas dari kaitannya dengan tubuh dan menjadi dorongan-dorongan yang berdiri sendiri.
b. Struktur Kejiwaan
Jiwa oleh Freud dibagi dalam tiga bagian, yaitu kesadaran (consciousness), prakesadaran (preconsciousness) dan ketidaksadaran (unconsciousness).
Kesadaran adalah bagian kejiwaan yang berisi hal-hal yang disadarinya, diketahuinya. Fungsi kesadaran diatur oleh hukum-hukum tertentu yang dinamakannya “proses sekunder”, yaitu logika. Kesadaran jiwa berorientasi pada realitas dan isinya berubah terus. Isi kesadaran terdiri dari hal-hal yang terjadi di luar maupun di dalam tubuh seseorang.
Prakesadaran adalah bagian kejiwaan yang berisikan hal-hal yang sewaktu-waktu dapat dipanggil ke kesadaran melalui asosiasi-asosiasi. Freud tidak memperinci proses yang terjadi pada prakesadaran dan bagian ini memang kecil perannya dalam sistem kejiwaan yang diajukannya.
Ketidaksadaran merupakan bagian yang terpenting dan paling banyak diuraikan dalam sistem kejiwaan Freud. Bagian ini berisi proses-proses yang tidak disadari, tetapi tetap berpengaruh pada tingkah laku orang yang bersangkutan. Proses yang tidak disadari itu dinamakan “proses primer” dan ditandai emosi, keinginan-keinginan (desire), dan insting. Realitas tidak mendapat tempat dalam kesadarannya.
Freud mengatakan bahwa pengertian tentang tingkah laku manusia yang overt (tampak mata) hanya dapat dicapai melalui penyimpulan yang benar tentang isi kesadaran.
c. Struktur kepribadian
Ada tiga sistem yang terdapat dalam struktur kepribadian, yaitu id, ego dan super ego.
1. Id adalah sumber segala energi psikis. Jiwa seorang bayi yang baru lahir hanya terdiri dari id. Isinya adalah impuls-impuls yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan biologis dan impuls-impuls inilah yang mengatur seluruh tingkah laku bayi. Karena id merupakan sistem yang tidak di sadari, maka semua ciri ketidaksadaran berlaku buat id: amoral, tidak terpengaruh oleh waktu, tidak mempedulikan realitas, tidak menyensor diri sendiri dan bekerja atas dasar prinsip kesenangan.
Akan tetapi, karena sifatnya yang tidak mempedulikan realitas, padahal obyek-obyek yang diperlukan untuk memenuhi impuls-impuls dari id terletak dalam realitas, maka id memerlukan suatu sistem yang dapat menghubungkannya dengan realitas (dunia nyata). Oleh karena itulah tumbuh sistem baru dalam jiwa bayi yaitu ego. Pertumbuhan ego sudah dimulai sejak awal pertumbuhan bayi, yaitu sejak bayi dikonfrontasikan dengan kenyataan bahwa realitas adalah suatu hal yang tidak bisa diperlakukan seenaknya saja.
Sumber energi ego berasal dari id. Dalam perkembangan selanjutnya, ego akan berdiri sendiri, terpisah dari id, tetapi sumber energinya tetap berasal dari id. Fungsi utama ego adalah menghadapi realitas dan menerjemahkan untuk id. Oleh karena itu, dikatakan bahwa ego berfungsi atas dasar prinsip realitas (reality principle).
2. Ego disamping bekerja atas dasar prinsip realitas, ego juga beroperasi atas dasar proses berpikir sekunder. Jadi, dalam menginterpretasikan realitas ego menggunakan logika. Selain itu, persepsi dan kognisi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses sekunder tersebut. Dengan proses sekunder itu ego menguji realitas.
3. Superego adalah sistem moral dari kepribadian. Sistem ini berisi norma-norma budaya, nilai-nilai sosial, dan tata cara yang sudah diserap ke dalam jiwa. Superego merupakan perkembangan dari ego. Sifat superego sama dengan id, dalam arti tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat, tidak mempunyai sensor diri, serta mempunyai energi sendiri. Ia pun mengabaikan realitas, tetapi superego mempunyai fungsi yang bertentangan dengan id. Jika id berprinsip mencari kesenangan, superego mencari kesempurnaan (perfection). Demi kesempurnaan itu, superego berusaha menghambat impuls-impuls dari id sehingga tidak muncul dalam tingkah laku.
Superego terbentuk sebagai reaksi terhadap tata aturan masyarakat yang dihadapkan kepada anak oleh orang tua (atau tokoh orang tua) melalui mekanisme hukum dan ganjaran. Menurut Freud, terbentuknya superego paling dipengaruhi oleh komplek oedipoes. Dalam perasaan yang ambivalen yang terdapat pada anak laki-laki terhadap ayahnya (atau anak perempuan terhadap ibunya), yaitu pertentangan antara perasaan cinta dan benci, kagum dan takut, ingin meniru dan ingin mengingkari, terjadilah introjeksi (penerapan) nilai-nilai orang tua ke dalam jiwa anak. Nak tidak lagi mengendalikan perilakunya karena takut atau dilarang oleh orang lain, melainkan ia dihambat oleh perasaan malu dan rasa bersalah yang ada dalam dirinya.
Dengan demikian, tujuan utama proses sosialisasi menurut Freud adalah pembentukan superego yang sehat. Orang yang tersosialisasi adalah orang menerima tata aturan masyarakat sebagai aturan-aturannya sendiri.
Superego mempunyai fungsi yang bertentangan dengan id, tetapi kehendak keduanya diketahui oleh ego. Tugas ego adalah menyusun strategi tingkah laku sedemikian rupa sehingga keinginan kedua pihak terpenuhi dan sekaligus sesuai dengan realitas. Kemampuan ego untuk menyeimbangkan energi-energi dari id dan dari superego sangat penting artinya bagi kepribadian. Kalau energi dari superego terlalu besar, maka orang yang bersangkutan akan menjadi selalu ragu-ragu, takut-takut, terkekang. Namun, jika energi id terlalu besar, maka akan kita dapati orang yang impulsive, seenaknya sendiri, mengabaikan tata aturan sosial.
Sumber: https://khuldy.wordpress.com/psikoanalisis/

Psikologi Humanistik

Psikologi humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang muncul pada tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang berkembang pada abad pertengahan. Pada akhir tahun 1950-an, para ahli psikologi, seperti : Abraham Maslow, Carl Rogers dan Clark Moustakas mendirikan sebuah asosiasi profesional yang berupaya mengkaji secara khusus tentang berbagai keunikan manusia, seperti tentang : self (diri), aktualisasi diri, kesehatan, harapan, cinta, kreativitas, hakikat, individualitas dan sejenisnya.
Kehadiran psikologi humanistik muncul sebagai reaksi atas aliran psikoanalisis dan behaviorisme serta dipandang sebagai “kekuatan ketiga “ dalam aliran psikologi. Psikoanalisis dianggap sebagai kekuatan pertama dalam psikologi yang awal mulanya datang dari psikoanalisisala Freud yang berusaha memahami tentang kedalaman psikis manusia yang dikombinasikan dengan kesadaran pikiran guna menghasilkan kepribadian yang sehat. Kelompok psikoanalis berkeyakinan bahwa perilaku manusia dikendalikan dan diatur oleh kekuatan tak sadar dari dalam diri.
Kekuatan psikologi yang kedua adalah behaviorisme yang dipelopori oleh Ivan Pavlov dengan hasil pemikirannya tentang refleks yang terkondisikan. Kalangan Behavioristik meyakini bahwa semua perilaku dikendalikan oleh faktor-faktor eksternal dari lingkungan.
Dalam mengembangkan teorinya, psikologi humanistik sangat memperhatikan tentang dimensi manusia dalam berhubungan dengan lingkungannya secara manusiawi dengan menitik-beratkan pada kebebasan individu untuk mengungkapkan pendapat dan menentukan pilihannya, nilai-nilai, tanggung jawab personal, otonomi, tujuan dan pemaknaan. Dalam hal ini, James Bugental (1964) mengemukakan tentang 5 (lima) dalil utama dari psikologi humanistik, yaitu: (1) keberadaan manusia tidak dapat direduksi ke dalam komponen-komponen; (2) manusia memiliki keunikan tersendiri dalam berhubungan dengan manusia lainnya; (3) manusia memiliki kesadaran akan dirinya dalam mengadakan hubungan dengan orang lain; (4) manusia memiliki pilihan-pilihan dan dapat bertanggung jawab atas pilihan-pilihanya; dan (5) manusia memiliki kesadaran dan sengaja untuk mencari makna, nilai dan kreativitas.
Terdapat beberapa ahli psikologi yang telah memberikan sumbangan pemikirannya terhadap perkembangan psikologi humanistik. Sumbangan Snyggs dan Combs (1949) dari kelompok fenomenologi yang mengkaji tentang persepsi. Dia percaya bahwa seseorang akan berperilaku sejalan dengan apa yang dipersepsinya. Menurutnya, bahwa realitas bukanlah sesuatu yang yang melekat dari kejadian itu sendiri, melainkan dari persepsinya terhadap suatu kejadian.
Dari pemikiran Abraham Maslow (1950) yang memfokuskan pada kebutuhan psikologis tentang potensi-potensi yang dimiliki manusia. Hasil pemikirannya telah membantu guna memahami tentang motivasi dan aktualisasi diri seseorang, yang merupakan salah satu tujuan dalam pendidikan humanistik. Morris (1954) meyakini bahwa manusia dapat memikirkan tentang proses berfikirnya sendiri dan kemudian mempertanyakan dan mengoreksinya. Dia menyebutkan pula bahwa setiap manusia dapat memikirkan tentang perasaan-persaannya dan juga memiliki kesadaran akan dirinya. Dengan kesadaran dirinya, manusia dapat berusaha menjadi lebih baik. Carl Rogers berjasa besar dalam mengantarkan psikologi humanistik untuk dapat diaplikasian dalam pendidikan. Dia mengembangkan satu filosofi pendidikan yang menekankan pentingnya pembentukan pemaknaan personal selama berlangsungnya proses pembelajaran dengan melalui upaya menciptakan iklim emosional yang kondusif agar dapat membentuk pemaknaan personal tersebut. Dia memfokuskan pada hubungan emosional antara guru dengan siswa
Berkenaan dengan epistemiloginya, teori-teori humanistik dikembangkan lebih berdasarkan pada metode penelitian kualitatif yang menitik-beratkan pada pengalaman hidup manusia secara nyata (Aanstoos, Serlin & Greening, 2000). Kalangan humanistik beranggapan bahwa usaha mengkaji tentang mental dan perilaku manusia secara ilmiah melalui metode kuantitatif sebagai sesuatu yang salah kaprah. Tentunya hal ini merupakan kritikan terhadap kalangan kognitivisme yang mengaplikasikan metode ilmiah pendekatan kuantitatif dalam usaha mempelajari tentang psikologi.
Sebaliknya, psikologi humanistik pun mendapat kritikan bahwa teori-teorinya tidak mungkin dapat memfalsifikasi dan kurang memiliki kekuatan prediktif sehingga dianggap bukan sebagai suatu ilmu (Popper, 1969, Chalmers, 1999).
Hasil pemikiran dari psikologi humanistik banyak dimanfaatkan untuk kepentingan konseling dan terapi, salah satunya yang sangat populer adalah dari Carl Rogers dengan client-centered therapy, yang memfokuskan pada kapasitas klien untuk dapat mengarahkan diri dan memahami perkembangan dirinya, serta menekankan pentingnya sikap tulus, saling menghargai dan tanpa prasangka dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas konselor hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik asesmen dan pendapat para konselor bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment atau pemberian bantuan kepada klien.
Selain memberikan sumbangannya terhadap konseling dan terapi, psikologi humanistik juga memberikan sumbangannya bagi pendidikan alternatif yang dikenal dengan sebutan pendidikan humanistik (humanistic education). Pendidikan humanistik berusaha mengembangkan individu secara keseluruhan melalui pembelajaran nyata. Pengembangan aspek emosional, sosial, mental, dan keterampilan dalam berkarier menjadi fokus dalam model pendidikan humanistik ini.
Sumber :
  • Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda Karya Remaja.
  • en.wikipedia.org/wiki/Humanistic_education
  • en.wikipedia.org/wiki/Humanistic_psychology
  • rumahbelajarpsikologi.com

Rabu, 27 Januari 2016

Diamond adalah biro konsultasi psikologi yang didirikan oleh 5 orang psikolog pada tahun 2015 di kota Depok, Jawa barat. Diamond konsultan bergerak dibidang psikologi sosial. Diamond konsultan meyakini bahwa setiap individu membutuhkan psikologi dalam seluruh aspek kehidupannya. Baik dalam dunia pendidikan, kehidupan pribadi maupun dalam organisasi. Biro konsultasi kami memiliki konsultan yang sudah profesional dalam bidangnya masing-masing dan masalah anda akan terjamin kerahasiaannya.


Untuk info lebih lanjut silahkan klik link di bawah ini 
http://diamondconsultan.blogspot.co.id/

Intan Faradina 
13512745
4PA04
Anggota kelompok:
Dzakiyyah N.K.D
Fahri Alfiansyah
Intan Faradina
Putri Oktaviani
Rr. Tantri 

Minggu, 30 November 2014

Definisi Kekuasaan, Sumber Kekuasaan dan Definisi Pengaruh, Pengaruh taktik Organisasi

Deinisi Kekuasaan
Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh[1] [2] atau kemampuan seseorang atau kelompok untuk memengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku (Miriam Budiardjo,2002) atau Kekuasaan merupakan kemampuan memengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang memengaruhi (Ramlan Surbakti,1992).
Pengertian kekuasaan secara umum adalah ‘’kemampuan pelaku untuk mempengaruhi tingkah laku pelaku lain sedemikian rupa, sehingga tingkah laku pelaku terakhir menjadi sesuai dengan keinginan dari pelaku yang mempunyai kekuasaan’’ (Harold D. Laswell, 1984:9). Sejalan dengan itu, dinyatakan Robert A. Dahl (1978:29) bahwa ‘’kekuasaan merujuk pada adanya kemampuan untuk mempengaruhi dari seseorang kepada orang lain, atau dari satu pihak kepada pihak lain’’.Contohnya Presiden, ia membuat UU (subyek dari kekuasaan) tetapi juga harus tunduk pada UU (objek dari kekuasaan)
Konsepsi mengenai sumber kekuasaan yang telah diterima secara luas adalah dikotomi antara “position power” (kekuasaan karena kedudukan) dan “personal power” (kekuasaan pribadi). Menurut konsep tersebut, kekuasaan sebagian diperoleh dari peluang yang melekat pada posisi seseorang dalam organisasi dan sebagian lagi disebabkan oleh atribut-atribut pemimpin tersebut serta dari hubungan pemimpin – pengikut.
 Termasuk dalam position power adalah kewenangan formal, kontrol terhadap sumber daya dan imbalan, kontrol terhadap hukuman, kontrol terhadap informasi, kontrol ekologis. Sedangkan personal power berasal dari keahlian dalam tugas, persahabatan, kesetiaan, kemampuan persuasif dan karismatik dari seorang pemimpin (Gary Yukl,1996:167-175). Dengan bahasa yang sedikit berbeda, Kartini Kartono (1994:140) mengungkapkan bahwa sumber kekuasaan seorang pemimpin dapat berasal dari
·         Kemampuannya untuk mempengaruhi orang lain;
·         Sifat dan sikapnya yang unggul, sehingga mempunyai kewibawaan terhadap pengikutnya;
·         Memiliki informasi, pengetahuan, dan pengalaman yang luas;
·         Memiliki kemahiran human relation yang baik, kepandaian bergaul dan berkomunikasi.
Kekuasaan merupakan kondisi dinamis yang dapat berubah sesuai perubahan kondisi dan tindakan-tindakan individu atau kelompok. Ada dua teori yang dapat menjelaskan bagaimana kekuasaan diperoleh, dipertahankan atau hilang dalam organisasi. Teori tersebut adalah
*        Social Exchange Theory, menjelaskan bagaimana kekuasaan diperoleh dan hilang selagi proses mempengaruhi yang timbal balik terjadi selama beberapa waktu antara pemimpin dan pengikut. Fokus dari teori ini mengenai expert power dan kewenangan.
*        Strategic Contingencies Theory, menjelaskan bahwa kekuasaan dari suatu subunit organisasi tergantung pada faktor keahlian dalam menangani masalah penting, sentralisasi unit kerja dalam arus kerja, dan tingkat keahlian dari subunit tersebut.
Sumber – Sumber Kekuasaan
1.      Sumber kekuasaan antar individu (interpersonal sources of power).
·        Kekuasaan Formal (Formal Power) adalah kekuasaan yang didasarkan pada posisi individual dalam suatu organisasi.
·        Kekuasaan Personal (Personal Power) adalah kekuasaan yang berasal dari karakteristik unik yang dimiliki seorang individu.
2.      Sumber kekuasaan struktural (structural sources of power). Kekuasaan ini juga dikenal dengan istilah inter-group atau inter-departmental power yang merupa-kan sumber kekuasaan kelompok.

Definisi Pengaruh
Sebagai esensi dari kepemimpinan, pengaruh diperlukan untuk menyampaikan gagasan, mendapatkan penerimaan dari kebijakan atau rencana dan untuk memotivasi orang lain agar mendukung dan melaksanakan berbagai keputusan.
Jika kekuasaan merupakan kapasitas untuk menjalankan pengaruh, maka cara kekuasaan itu dilaksanakan berkaitan dengan perilaku mempengaruhi. Oleh karena itu, cara kekuasaan itu dijalankan dalam berbagai bentuk perilaku mempengaruhi  dan  proses-proses mempengaruhi yang timbal balik antara pemimpin dan pengikut, juga akan menentukan efektivitas kepemimpinan.
Jenis-jenis spesifik perilaku yang digunakan untuk mempengaruhi dapat dijadikan jembatan bagi pendekatan kekuasaan dan pendekatan perilaku mengenai kepemimpinan. Sejumlah studi telah mengidentifikasi kategori perilaku mempengaruhi yang proaktif yang disebut sebagai taktik mempengaruhi, antara lain :
*        Persuasi Rasional
Pemimpin menggunakan argumentasi logis dan bukti faktual untuk mempersuasi pengikut.
*        Permintaan Inspirasional
Pemimpin membuat usulan yang membangkitkan entusiasme pada pengikut.
*        Konsultasi
Pemimpin mengajak partisipasi pengikut dalam merencanakan sasaran, aktivitas atau perubahan yang untuk itu diperlukan dukungan dan bantuan pengikut.
*        Menjilat
Pemimpin menggunakan pujian, rayuan, perilaku ramah-tamah, agar pengikut berada dalam keadaan yang menyenangkan atau mempunyai pikiran  yang menguntungkan  pemimpin tersebut sebelum meminta sesuatu.
*        Permintaan Pribadi
Pemimpin menggunakan perasaan pengikut mengenai kesetiaan dan persahabatan terhadap dirinya ketika meminta sesuatu.
*        Pertukaran
      Pemimpin menawarkan suatu pertukaran budi baik, memberi indikasi kesediaan untuk membalasnya pada suatu saat nanti, atau menjanjikan bagian dari manfaat bila pengikut membantu pencapaian tugas.
*        Taktik Koalisi
Pemimpin mencari bantuan dari orang lain untuk mempersuasi pengikut.
*        Taktik Mengesahkan
      Pemimpin mencoba untuk menetapkan validitas permintaan dengan menyatakan kewenangan, hal itu adalah konsisten dengan kebijakan, peraturan, praktik atau tradisi organisasi.
*        Menekan:
Pemimpin menggunakan permintaan, ancaman, seringnya pemeriksaan, atau peringatan-peringatan terus menerus untuk mempengaruhi pengikut melakukan apa yang diinginkan.
Pengaruh Taktik Organisasi
      Taktik-taktik mempengaruhi (Influence Tactics) adalah cara-cara yang biasanya digunakan oleh seseorang untuk mempen-garuhi orang lain, baik orang yang merupakan atasan, setingkat, atau bawahannya. Dengan mengetahui dan menggunakan hal ini, maka seseorang dapat mempengaruhi orang lain, dengan tidak menggunakan kekuasaan yang dimilikinya.
      Kipnis dan Schmidt adalah peneliti yang pertama kali meneliti taktik-taktik yang biasa digunakan orang untuk mempengaruhi orang lain. (Kipnis dan Schmidt, 1982). Berbagai alat ukur telah dibuat untuk meneliti taktik mempengaruhi, dan salah satu yang terbaik adalah yang dibuat oleh Yukl dkk, yaitu yang disebut Influence Behavior Questionnaire (Yukl, Lepsinger, and Lucia, 1992). Hasil penelitian Yukl dkk, menun-jukkan ada sembilan jenis taktik yang biasa digunakan di dalam organisasi (Hugheset all, 2009), yaitu:
·        Persuasi Rasional (Rational Persuasion), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan menggunakan alasan yang logis dan bukti-bukti nyata agar orang lain tertarik.
·        Daya-tarik Inspirasional (Inspirational Appeals), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan menggunakan suatu permintaan atau proposal untuk membangkitkan antusiasme atau gairah pada orang lain.
·        Konsultasi (Consultation), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan mengajak dan melibatkan orang yang dijadikan target untuk berpartisipasi dalam pembuatan suatu rencana yang akan dilaksanakan.
·        Mengucapkan kata-kata manis (Ingratiation), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan menggunakan kata-kata yang membahagiakan.
·        Daya-tarik Pribadi (Personal Appeals), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain atau memintanya untuk melakukan sesuatu karena merupakan teman atau karena dianggap loyal.
·        Pertukaran (Exchange), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan memberikan sesuatu keuntungan tertentu kepada orang yang dijadikan target, sebagai imbalan atas kemauannya mengikuti suatu permintaan tertentu.
·        Koalisi (Coalitions), terjadi jika seseorang meminta bantuan dan dukungan dari orang lain untuk membujuk agar orang yang dijadikan target setuju.
·        Tekanan (Pressure), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan menggunakan ancaman, peringatan, atau permintaan yang berulang-ulang dalam meminta sesuatu.
·        Mengesahkan (Legitimacy), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan menggunakan jabatannya, kekuasaannya, atau dengan mengatakan bahwa suatu permintaan adalah sesuai dengan kebijakan atau aturan organisasi.
 

Sumber :
http://nonvivit.blogspot.com/2013/10/definisi-kekuasaan-sumber-kekuasaan-dan.html

Definisi dan Tipe - tipe controlling

PENGENDALIAN (CONTROLLING)
Pengendalian adalah fungsi terakhir dari proses manajemen , pengendalaina sangat menentukan pelaksanaan dari proses manajemen maka dari itu pengendalian hatus dilakukan dengan sebaik – baiknya.  Controlling bisa dikatakan Usaha menentukan apa yang sedang dilaksanakan dengan cara menilai prestasi yang dicapai, kalau terdapat penyimpangan dari standard yang ditetapkan.
         Pengendalian adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut.Controlling is the process of measuring performance and taking action to ensure desired results. (Schermerhorn,2002)
         Pengendalian adalah proses untuk memastikan bahwa segala aktifitas yang terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan . the process of ensuring that actual activities conform the planned activities. (Stoner,Freeman,&Gilbert,1995).
Unsur  Pengendalian:
         1.  Detektor atau sensor
         2.  Assesor atau penilai
         3.  Efektor atau pengubah
         4.  Jaringan Komunikasi
Langkah-langkah pengendalian
   
penting pada proses pengendalian dapat digolongkan ke delapan elemen, yaitu:

·         Mengidentifikasikan tujuan dan strategi.

·         Penyusunan program.

·         Penyusunan anggaran.

·         Kegiatan dan pengumpulan realisasi prestasi
·         Pengukuran prestasi.

·         Analisis dan pelaporan.

·         Tindakan koreksi.

·         Tindakan lanjutan.


ASAS-ASAS PENGENDALIAN
Harold Koontz dan Cyril O’Donnel menetapkan asas pengawasan sebagai berikut :
1. Asas tercapainya tujuan (Principle of assurance of objective), pengawasan harus ditujukan kearah tercapainya tujuan, yaitu dengan mengadakan perbaikan (koreks) untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan/deviasi dari perencanaan.
2. Asas efisiensi pengawasan (principle of efficiency of control).
 Pengawasan itu efisien bila dapat menghindari deviasi-deviasi dari perencanaan, sehingga tidak menimbulkan hal-hal lain yang diluar dugaan.
3. Asas tanggung jawab pengawasan (principle of control responsibility). Pengawasan hanya dapat dilaksanakan apabila manager bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan rencana.
4. Asas pengawasan terhadap masa depan (principle of future control). Pengawasan yang efektif harus ditujukan kearah pencegahan penyimpangan perencanaan yang akan terjadi baik pada waktu sekarang maupun masa yang akan datang.
5. Asas pengawasan langsung (principle of direct control). Teknik kontrol yang paling efektif ialah mengusahakan adanya manager bawahan yang berkualitas baik. Pengawasan itu dilakukan oleh manager atas dasar bahwa manusia itu sering berbuat salah .Cara yang paling tepat untuk menjamin adanya pelaksanaan yang sesuai dengan perencanaan ialah mengusahakan sedapat mungkin para petugas memiliki kualitas yang baik.
6. Asas refleks perencanaan (principle of replection of plane). Pengawasan harus disusun dengan baik, sehingga dapat mencerminkan karakter dan susunan perencanaan.
7. Asas penyesuaian dengan organisasi (principle of organizational suitability). Pengawasan harus dilakukan sesuai dengan struktur organisasi. Manager dan bawahannya merupakan sarana untuk melaksanakan rencana. Dengan demikian pengawasan yang efektif harus disesuaikan dengan besarnya wewenang manager, sehingga mencerminkan struktur organisasi.
8. Asas pengawasan individual (principle of individuality of control). Pengawasan harus sesuai dengan kebutuhan manager. Teknik kontrol harus ditunjukan terhadap kebutuhan-kebutuhan akan informasi setiap manager. Ruang lingkup informasi yang dibutuhkan itu berbeda satu sama lain, tergantung pada tingkat dan tugas manager.
9. Asas standar (principle of standard). Control yang efektif dan efisien memerlukan standar yang tepat, yang akan dipergunakan sebagai tolak ukur pelaksanaan dan tujuan yang tercapai.
10. efektif dan efisien Asas pengawasan terhadap strategis (principle of strategic point control). Pengawasan yang memerlukan adanya perhatian yang ditujukan terhadap faktor-faktor yang strategis dalam perusahaan.
11. Asas pengecualian (the exception principle). Efisien dalam control membutuhkan adanya perhatian yang ditujukan terhadapfaktor kekecualian. Kekecualian ini dapat terjadi dalam keadaan tertentu ketika situasi berubah/atau tidak sama.
12. Asas pengawasan fleksibel (principle of flexibility of control). Pengawasan harus luwes untuk menghindarkan kegagalan pelaksanaan rencana. 13. Asas peninjauan kembali (principle of review). Sistem kontrol harus ditinjau berkali-kali agar sistem yang digunakan berguna untuk mencapai tujuan.
14. Asas tindakan (principle of action). Pengawasan dapat dilakukan apabila ada ukuran-ukuran untuk mengoreksi penyimpangan-penyimpangan rencana, organisasi, staffing dan directing.

 JENIS-JENIS PENGENDALIAN
Berdasarkan bagian yang akan diawasi pengawasan dibedakan atas :
1. Pengendalian karyawan (Personal control).
Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang ada hubungannya dengan kegiatan pegawai, apakah pegawai bekerja sesuai dengan perintah, rencana, tata kerja, absensi pegawai dan lain-lain.
2.pengendalian keuangan (financial control)
Pengendalian ini ditujukan untuk hal-hal yang menyangkut keuangan,tentang pemasukan dan pengeluaran,biaya-biaya perusahaaan termasuk pengendalian anggaranya.
3.pengendalian produksi (Production control).
Yaitu pengendalian yang difokuskan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas produksi yang dihasilkan, apakah sesuai dengan standar atau rencananya.
4. Pengendalian waktu (Time control)
Pengendalian ini ditujukan kepada penggunaan waktu, artinya apakah waktu untuk mengerjakan suatu pekerjaan sesuai atau tidak dengan rencana.
5. pengendalian teknis (Technical control)
Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang bersifat fisik, yang berhubungan dengan tindakan dan teknis pelaksanaan.
6. Pengendalian kebijaksanaan (Policy control).
pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui dan menilai apakah kebijaksanaan organisasi telah dilaksanakan sesuai dengan yang digariskan.
7. pengendalian penjualan (Sales control)
Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui apakah produksi yang dihasilkan terjual sesuai rencana yang ditentukan.
8.Pengendalian inventaris (inventory control)
Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui apakah inventaris perusahaan masih ada semuanya atau ada yang hilang.
9.Pengendalian pemeliharaan (maintenance control)
Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui apakah semua inventaris perusahaan dan kantor terprlihara atau tidak,dan mengetahui kerusakan.
PROSES DAN CARA-CARAPENGENDALIAN
Langkah-langkah proses pengendalian :
1. Menentukan standar-standar yang akan digunakan sebagai dasar pengendalian.
2. Mengukur pelaksanaan atau hasil yang telah dicapai.
3. Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standard an menentukan penyimpangan jika ada.
4. Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan agar pelaksanaan dan tujuan sesuai dengan rencana.
Rencana juga perlu dinilai ulang dan dianalisis kembali,apakah sudah benar-benar realistis atau tidak.jika belum benar atau realistis maka rencana itu harus diperbaiki.
Cara-cara pengendalian
1. Pengawasan langsung
Pengawasan yang dilakukan sendiri secara langsung oleh seorang manajer.Manajer memeriksa pekerjaan yang sedang dilakukan untuk mengetahui apakah apakah dikerjakan dengan benar dan hasilnya sesuai dengan yang dikehendakinya. Kebaikan :
a. Jika ada kesalahan dapat diketahui sedini mungkin,sehingga perbaikanya dilakukan dengan cepat.
b. Akan terjadi kontak langsung antara bawahan dan atasan,sehingga akan memperdekat hubungan antara atasan dan bawahanya.
c. Akan memberikan kepuasan tersendiri bagi bawahan,karena merasa diperhatikan atasanya.
d. Akan tertampung sumbangan pikiran dari bawahan yang mungkin bisa berguna bagi kebijaksanaan selanjutnya.
e. Akan dapat menghindari timbulnya kesan laporan “asal Bapak senang” (ABS).
Keburukan :
a. Waktu seorang manajer banyak tersita,sehingga waktu untuk pekerjaan lainya berkurang,misalnya planning lain-lainya.
b. Mengurangi inisiatif bawahan,karena mereka merasa bahwa atasanya selalu mengamatinya.
c. Ongkos semakin besar karena adanya biaya perjalanan dan lain-lainya.
Pengendalian ini dapat dilakukan dengan cara inspeksi langsung,observasi di tempat (on the spot observation) dan laporan di tempat (on the spot report)
2. Pengawasa tidak langsung
pengawasan jarak jauh dengan melalui laporan oleh bawahan baik secara lisan maupun tulisan tentang pelaksanaan pekerjaan dan hasi-hasil yang dicapai. Kebaikan :
a. Waktu manajer untuk mengerjakan tugas-tugas lainya semakin banyak,misalnya perencanaan,kebijaksanaan,dan lain-lain.
b. Biaya pengawasan relatif kecil.
c. Memberikan kesempatan inisiatif bawahan berkembang dalam melaksanakan pekerjaan.
Keburukan :
a. Laporan kadang-kadang kurang objective,karena ada kecendrungan untuk melaporkan yang baik-baik saja.
b. Jika ada kesalahan-kesalahan terlambat mengetahuinya,sehingga perbaikanya pun terlambat.
c. Kurang menciptakan hubungan-hubungan antara atasan dan bawahan.
3. Pengawasan berdasarkan kekecualian, pengendalian yang dikhususkan untuk kesalahan-kesalahan yang luar biasa dari hasil atau standar yang diharapkan,pengendalian ini dilakukan dengan cara kombinasi langsung dan tidak langsung oleh manajer.
SIFAT DAN WAKTU PENGENDALIAN
Sifat dan waktu pengendalian/control dibedakan atas :
1. Preventive control
 pengendalian yang dilakukan sebelum kegiatan dilakukan untuk menghindari terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaannya.
Cara melakukannya:
a. Menentukan proses pelaksanaan pekerjaan
b. Membuat peraturan dan pedoman pelaksanaan pekerjaan itu
c. Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara pelaksanaan pekerjaan
d. Mengorganisasi segala macaam kegiatan
e. Menentukan jabatan, job description, authority, dan responsibility bagi setiap karyawan
f. Menetapkan sistem koordinasi pelaporan dan pemeriksaan
g. Menetapkan sanksi bagi karyawan yang membuat kesalahan
preventive control ini adalah pengendalian yang terbaik karena dilakukan sebelum terjadi kesalahan.
2. Repressive control
, pengendalian yang dilakukan setelah terjadi kesalahan dalam pelaksanaannya, agar kesalahan yang sama tidak terjadi lagi di waktu yang akan datang.
Cara melakukannya:
a. Membandingkan antara hasil dengan rencana
b. Menganalisis sebab-sebab yang menimbulkan kesalahan dan mencari tindakan perbaikannya
c. Memberikan penilaian terhadap pelaksananya, jika perlu dikenakan sanksi hukuman kepadanya
d. Menilai kembali prosedur-prosedur pelaksanaan yang ada
e. Mengecek kebenaran laporan yang dibuat oleh petugas pelaksana
f. Jika perlu meningkatkan keterampilan atau kemampuan pelaksana melalui training atau education.
3. Pengendalian saat proses dilakukan, jika terjadi kesalahan segera diperbaiki.
4. Pengendalian berkala, pengendalian yang dilakukan secara berkala.
5. Pengendalian mendadak, pengawasan yang dilakukan secara mendadak untuk mengetahui apa pelasakanaan atau peraturan-peraturan yang ada dilaksanakan dengan baik.Pengendalian mendadak ini sekali-kali perlu dilakukan,supaya kedisiplinan karyawan tetap terjaga dengan baik.
6. Pengamatan melekat, pengendalian yang dilakukan mulai dari sebelum, saat, dan sesudah kegiatan dilakukan.
Tipe – tipe  PENGENDALIAN
1. Internal control (pengendalian intern) :pengendalian yang dilakukan oleh seorang atasan kepada bawahannya.Cakupan dari pengendalian ini meliputi hal-hal yang cukup luas baik pelaksanaan tugas,prosedur kerja,kedisiplinan karyawan,dan lain-lainya.Audit control,adalah pemeriksaan atau penilaian atas masalah-masalah yang berkaitan dengan pembukuan perusahaan.Jadi pengawasan atas masalah khusus,yaitu tentang kebenaran pembukuan suatu perusahaan.
2. External control (pengendalian ekstren)
pengendalian yang dilakukan oleh pihak luar.Pengendalian ekstren ini dapat dilakukan secara formal atau informal.Misalnya : Pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) terhadap BUMN dan lain-lainnya.Dewan Komisaris terhadap PT bersangkutan.
3. Formal control, pemeriksaan yang dilakukan oleh instansi atau pejabat resmi dan dapat dilakukan secara intern maupun ekstern.
4. Informal control, penilaian yang dilakukan oleh masyarakat atau konsumen, baik langsung maupun tidak langsung.

ALAT-ALAT PENGENDALIAN
 Budget
Adalah suatu ikhtisar hasil yang akan diharapkan dari pengeluaran yang disediakan untuk mencapai hasil tersebut. Apabila tidak sesuai dengan budget, baik pemerimaan maupun pengeluaran maupun hasil yang diperoleh maka perusahaan itu tidak efektif karena terdapat penyimpangan.
Tipe-tipe budget:
a. Sales budget
b. Production budget
c. Cost Production Budget
d. Step budget, berhubungan dengan production budget dan menunjukkan bermacam-macam tingkat tingkat produksi
e. Purchasing budget
f. Personnel budget
g. Cash & Financial budget
h. Master budget (budget keseluruhan)

Alat pengenalian non budget:
a. Personal observation, pengawasan langsung secara pribadi oleh pimpinan perusahaan terhadap para bawahan yang sedang bekerja.
b. Report, laporan yang dibuat oleh para manajer.
c. Financial statement, daftar laporan keuangan yang biasanya terdiri dari Balance sheet dan Income Statement (neraca rugi laba).
d. Statistic, merupakan pengumpulan data, informasi, dan kejadian yang tealh berlalu.
e. Break event point, suatu titik atau keadaan ketika jumlah penjualan tertentu tidak mendapat laba ataupun rugi.
f
. Intenal Audit, pengendalian yang dilakukan oleh atasan terhadap bawahan yang meliputi bidang-bidang kegiatan secara menyeluruh yang menyangkut masalah keuangan.
Auditing ini juga menyangkut pengendalian persediaan yang baik, pembayaran barang yang dibeli, dan pemeriksaan yang cukup, apakah barang yang telah dibayar benar-benar telah diterima.
Sumber :
Covey, Stepehen R, The 7 Habits of Highly Effective People (7 Kebiasaan Manusia yang sangat efektif), edisi revisi, alih bahasa Drs, Budijanto, Binarupa Aksara, Jakarta, 1997
Jones, Gareth R. Organizational Theory : Text and Cases, Addison Wesley, 1995
Robbins, Stepehen P. Managing Today, 2nd Ed, Prentice Hall, 2000
Stoner, James A.F., et al., Management, 6th Ed., Prentice Hall Inc, Englewood Cliffs, 1995

Definisi Mengendalikan dan Langkah-langkah dalam Kontrol

Definisi Mengendalikan (Controlling)
Perolehan dan penggunaan informasi untuk membantu mengkoordinasikan proses pembuatan perencanaan dan pembuatan keputusan melalui organisasi dan utnuk memandu perilaku manajemen. Fungsi-Fungsi Manajemen Kegiatan dalam fungsi Pengendalian/Pengawasan (Controlling) :
  • Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan.
  • Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang mungkin ditemukan.
  • Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang terkait dengan pencapaian tujuan dan target.
Langkah-langkah dalam kontrol
Proses Pengendalian Manajemen :
1.      Perencanaan Strategi
2.      Penyusunan Anggaran
3.      Pelaksanaan Anggaran
4.      Evaluasi Kinerja
Pengendalian Tugas proses untuk memastikan bahwa tugas yang spesifik dilaksanakan secara efektif dan efisien.

Langkah – langkah penting pada proses pengendalian dapat digolongkan 8 elemen, yaitu :
  1. mengidentifikasikan tujuan dan strategi
  2. Penyusunan program
  3. Penyusunan anggaran
  4. Kegiatan dan pengumpulan realisasi prestasi
  5. pengukuran prestasi
  6. analisis dan pelaporan
  7. tindakan koreksi 
  8. tindakan lanjutan  
Sumber :
http://nonvivit.blogspot.com/2013/10/definisi-mengendalikan-controlling-dan.html