Minggu, 18 November 2012

PENGARUH ISLAM PADA BUDAYA JAWA


Masyarakat atau suku Jawa adalah masyarakat yang majemuk, sehingga banyak mendapatkan pengaruh budaya yang berasal dari suku atau golongan masyarakat lain yaitu : Cina, Arab, Melayu, Eropa, dan lain-lain.
Demikian pula halnya dengan pengaruh ajaran agama yang diadopsi dari ajara-ajaran agama, antara lain : Budha, Hindu, Nasrani dan Islam. Dalam budaya Jawa, atau tradisi Jawa, terdapat banyak sekali budaya yang sudah turun temurun mengadopsi ajaran Hindu dan Budha, tetapi pada perkembangannya oleh para Wali (Wali Sanga) budaya Hindu Budha tersebut disisipi ajaran Islam, antara lain sekaten, wayang, ketupat, dll.
Budaya tersebut mengandung arti atau ajaran yang sangat dalam bagi masyarakat Jawa, tidak saja yang berdomisili di sekitar Jawa, bahkan sampai luar Jawa dan luar negeri. Masyarakat yang memegang teguh ajaran tersebut akan senantiasa berusaha mempertahankan budaya tersebut.
1)      Sekaten
Pada awalnya merupakan tradisi kirab pusaka dan benda bersejarah yang dilakukan oleh keraton Yogyakarta dan Surakarta, tetapi tradisi tersebut oleh Sunan Kalijaga disisipi ajaran Islam yaitu menjadi sekaten yang berasal dari kata syahadatain. Sejalan dengan lidah masyarakat awam maka syahadatain berubah menjadi sekaten.

2)      Wayang
Pada awalnya merupakan budaya Hindu yang berasal dari kitab mahabarata dan ramayana, oleh Wali Songo wayang disisipi instrumen Bonang ciptaan Sunan Bonang agar lebih menarik dan tokoh punakawan yaitu semar, gareng, bagong, dan petruk. Semar berarti samar, tokoh tersebut digambarkan memandang keatas sehingga dapat dimaknai untuk selalu ingat pada sang pencipta, Allah s.w.t. Pada setiap tindakan dan tingkah laku serta ucapannya mengandung ajaran falsafah hidup yang dalam. Gareng berasal dari kata qorin yang berarti pengiring atau kata hati, sehingga tokoh Gareng digambarkan dengan mata yang juling dan kaki yang pincang, bila kita cermati mata juling tersebut mengandung arti kewaspadaan, sedangkan kaki yang pincang menggambarkan kehati-hatian. Petruk berasal dari kata Fatruk yang berarti tunjukkan. Tokoh ini digambarkan dengan jari yang selalu menunjuk dan badan yang tinggi sehingga mengingatkan pada kita untuk selalu meminta petunjuk pada yang maha tinggi. Allah s.w.t.

3)      Ketupat
Pada setiap hari raya idul fitri/lebaran. Bila kita tilik lebih dalam makna ketupat sebenarnya adalah tradisi saling memaafkan antar masyarakat. Ketupat dalam bahasa Jawa adalah kupat, yag berarti ngaku lepat atau mengakui kesalahan sehingga ajaran tersebut dapat dimaknai kegiatan saling memaafkan.
Dengan adanya bukti-bukti tersebut menunjukkan bahwa budaya Sekaten, Wayang dan Ketupat adalah hasil adopsi dari budaya/ajaran Islam yang dibawa dan disebarkan oleh para Wali Sanga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar